Berita

Rumah Market Data Market Berita Perdagangan Meski Di Tengan Ancaman COVID, Retail Sales Jepang Tetap Meningkat

Meski Di Tengan Ancaman COVID, Retail Sales Jepang Tetap Meningkat

by Didimax Team

Selama seminggu ini tampaknya berita yang muncul hanya fokus pada tren Dolar AS, harga minyak, dan harga emas yang terpantau tetap stabil. Krisis ekonomi dampak dari kasus COVID-19 masih sangat dirasakan hingga saat ini pada berbagai negara seperti AS. 

Meski begitu, ternyata negara lain juga ikut merasakan dampak besar dari akibat diberlakukannya masa pembatasan kegiatan diluar rumah. Adapun negara yang juga terkena dampaknya adalah negara Jepang. 

Dimana negara Jepang cukup ketat dalam memberlakukan sistem pembatasan kegiatan untuk mengurangi angka penyebaran kasus Covid yang masih cukup tinggi sampai saat ini. Namun, belakangan kabar bahwa retail sales Jepang tetap meningkat di tengah kepanikan COVID-19. 

Ancaman virus corona varian Delta tidak membuat retail sales negara Jepang berhenti. Bahkan tampak bahwa pembukuan kenaikan terjadi selama lima bulan beruntun di tahun 2021 ini. 

Meski ancaman virus corona tersebut diperkirakan dapat menekan sektor konsumsi di negara Jepang selama berbulan-bulan. Namun ternyata ekspektasi tersebut cukup terbalik dengan kenyataannya. 

 

Data Retail Sales Meningkat di Tengah Kasus COVID

Terjadi peningkatan data retail sales dari 0.1 persen menjadi 2.4 persen di hari Senin, 30 Agustus 2021 yang dilaporkan oleh Kementerian Perdagangan Jepang dan dipublikasi bahwa data tersebut secara tahunan alias Yeas-over-Year pada bulan Juli lalu. 

Adapun angka yang dilaporkan tersebut ternyata lebih dari ekspektasi kenaikan yaitu sebesar 2.1 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data ini menjadi kenaikan lima bulan terakhir secara berturut-turut sejak bulan Maret. 

Adanya permintaan yang cukup kuat untuk berbagai kebutuhan barang seperti mobil, pakaian, sampai barang dagangan umum, serta bahan pokok seperti makanan terjadi pada negara Jepang. 

Hal ini disampaikan pada data Kementerian Perdagangan tersebut, dilain kejadian terlihat bahwa penjualan bahan bakar juga ikut mengalami kenaikan dengan harga bensin lebih tinggi dari sebelumnya. 

Itu sebabnya perusahaan ritel kecil seperti toserba dan apotik akhirnya ikut mengalami jumlah pertumbuhan penjualan dari tahun sebelumnya di masa pandemi seperti sekarang ini. Meski begitu retail sales tetap diingatkan mengenai ancaman dari Covid-19. 

Dimana sampai saat ini belum ada tampak kejelasan untuk perhentian kasus penyebaran corona varian Delta yang dapat memukul sektor konsumsi kapan saja. Hal tersebut diperingatkan oleh sebagian besar analis melihat trend retail sales yang sampai saat ini terlihat kokoh. 

Terpantau USD/JPY Melemah Pasca Simposium The Fed

Sebagaimana yang diketahui bahwa pasca pernyataan yang disampaikan oleh ketua The Fed sebagai simposiumnya membuat Dolar AS melemah terhadap berbagai mata uang mayor lainnya juga tampak pada USD/JPY. 

Adanya data penjualan ritel yang sangat positif menjadi salah satu pendukung dari pergerakan mata uang Jepang yaitu Yen versus Dolar Amerika Serikat pada Senin pagi ini. USD yang sudah mengalami pelemahan akibat simposium Jackson Hole, akhirnya mengeluarkan berita adanya pelemahan sebesar 0.02 persen pada pasangan USD/JPY. 

Dari level open harian tampak pasangan USD/JPY ini berada pada kisaran harga yaitu 109.77 yang dirilis Senin pagi. Ada penyampaian bahwa kekuatan dari sektor penjualan ritel yang terjadi saat ini tidak akan bertahan lama. 

Hal tersebut dilihat karena adanya gelombang baru dari penyebaran virus corona Delta yang tampak kian hari kian parah melanda negara Jepang. Mengingat bahwa saat ini bisa menjadi potensi pengaruh sektor konsumsi pada kuartal ketiga akibat semakin banyak prefektur yang dilaporkan. 

Marcel Thieliant selaku Ekonom Senior Jepang di Capital Economics yang sudah menyampaikan pendapatnya tersebut. Selain itu, data terbaru dari otoritas dalam penyampaiannya menyebutkan pembatasan keadaan darurat sudah mencakup hampir di angka 80 persen dari populasi Jepang. 

Sehingga mobilitas dari masyarakat bisa saja akan menurun pada bulan Agustus setelah konsumsi mencapai puncaknya. Atsushi Takeda yang menyebutkan hal tersebut adalah kepala Ekonomi di Itochu Economic Research Institute. 

Bahkan tidak hanya itu, Takeda juga sudah mencatat adanya potensi penurunan yang memungkinkan akan terjadi pada bulan September mendatang. Keadaan ini bisa saja membuat pembukuan kenaikan mata uang Jepang menjadi turun di bulan tersebut. 

Namun sampai detik ini, prestasi dari penguatan data retail sales di negara Jepang cukup diacungi jempol meski ditengah ancaman bahaya COVID yang masih terus berlangsung. 

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama